Klaten-Salah satu lokasi PPL tahun 2023 prodi Pengembangan Masyarakat Islam adalah Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Klaten. Wahyu Akbar Wicaksono, Divania Nur Indah Cahyanti, Aisyah Febrianti, Ilham Khusaini, Tiara Damayanti, dan Adnan Ali merupakan mahasiswa yang magang di sini sejak akhir Juni. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) tersebut dilakukan berdasarkan kegiatan yang ada pada lembaga LPTP Klaten, yakni menjadi fasilitator bagi masyarakat dalam melakukan konservasi air dan tanah. Tujuan dan fungsi Lembaga Non Goverment Organization (NGO) ini adalah mendampingi masyarakat desa yang berada di Daerah Aliran Sungai Pusur (Sub DAS Pusur) serta memberikan pengetahuan dan pengalaman praktikum secara langsung kepada para mahasiswa dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Melalui kegiatan ini mahasiswa dituntut tidak hanya menguasai teori di dalam dunia perkuliahan saja namun juga praktik secara langsung di lapangan dengan dihubungkan langsung melalui aksi kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Mahasiswa yang melaksanakan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di LPTP Klaten berkesempatan untuk belajar tentang bagaimana menjadi seorang fasilitator yang komunikatif, aktif dan partisipatif. Di samping itu, pembelajaran lainnya adalah dengan adanya kerjasama yang terjalin antara pihak desa dengan perusahaan serta pihak yang profesional dalam bidang pendampingan (CSR), pendekatan (LSM), dan payung hukum (Pemerintahan). Mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk mengenal alur proses penyusunan data Program Kampung Iklim (Proklim), mulai dari observasi, pengumpulan data, input data, assesment, hingga verifikasi.
Mahasiswa dibagi ke berbagai titik cakupan kerja LPTP Klaten. Cakupan ini terbagi menjadi bagian hulu, tengah dan hilir, dibagian hulu tepatnya di Desa Mriyan terdapat tiga komunitas yakni pertama di Dukuh Gumuk terdapat fokus utama dalam konservasi tanah dan air melalui penanaman vegetatif yaitu penanaman kopi dan anggrek. Tim Magang PMI UIN Salatiga turut ikut dalam orientasi ke wilayah tersebut. Konservasi dilakukan untuk menjaga keseimbangan tanah dan air agar tetap setabil hingga mencegah agar tidak terjadi bencana longsor.
Program lain adalah Desa Ramah Air Hujan. Pengembangan Desa Mandiri Energi ini diawali dengan pengelolaan manajemen sapi perah yakni di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Boyolali. Mayoritas masyarakatnya adalah peternak sapi dimana kecukupan kehidupan mereka berasal dari seberapa banyak jumlah susu yang diperoleh, kemudian juga terdapat pengelolaan susu sapi oleh kelompok wanita ternak dengan mengolah susu menjadi berbagai olahan seperti kerupuk susu, sabun, permen dan yogurt.
Selain pemanfaatan hasil perah pemanfaatan limbah sapi juga digalakkan untuk membuat pupuk dan juga biogas. Biogas disana dipakai sebagai pengganti gas elpiji dan juga penerangan rumah. Hal ini turut membantu pengembangan desa mandiri energi di desa tersebut. Bergeser lagi menuju wilayah hulu lain yakni di desa Derah ( Desa ramah air Hujan) tepatnya di Desa Pager Jurang, Kecamatan Musuk, Boyolali. Disana mahasiswa diperkenalkan tempat penangkap air hujan dan juga penyimpaan air hujan yang disebut dengan PAH (Pemanen Air Hujan), karena disana juga masyarakat mayoritas ternak hal ini dimanfaatkan untuk air minum ternak, untuk membersihkan kandang dan lainnya yang membantu masyarakat menghemat penggunakan air PAMSIMAS.