November 21, 2024
a edit

Salatiga-Pemandangan tak lazim, terpampang di sebuah tikungan menanjak di Jalan Tegalrejo Raya Salatiga sore itu (21/06/2023). Tampak di kejauhan Joglo sederhana namun eksotik di penuhi anak-anak muda laki-laki dan perempuan sedang sibuk menyiapkan sebuah acara. Jajaran stand-stand kecil menandai geliat ekonomi lokal nan sarat budaya. Deretan gamelan lengkap dengan gong dan pemukulnya melengkapi spirit budaya dari kegiatan itu.

Sebuah bangunan bertingkat di samping joglo didesain mirip panggung melengkapi penanda budaya. Jembatan kayu mirip “shiratal mustaqim” menambah imaji eksotij pengunjungnya bahwa semua orang yang sedang berada di tempat itu adalah “orang-orang yang berbudaya”, sebuah ungkapan untuk tidak menyebut seniman.
Kristri Priyantara Wibawa (37 th), demikian nama panjang orang yang menginisiasi, dan mbahurekso acara itu adalah pemilik venue itu.
selain sibuk sebagai praktisi humas dan protokoler di Pemerintahan Kota Salatiga, pria yang akrab dipanggil Ryan itu masih menyempatkan diri membimbing adik-adik mahasiswa di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Salatiga.


Sebagai Pengampu matakuliah Praktik Kerja Humas, sudah sejak lama dia berfikir untuk membuat sesuatu yang menurutnya lebih bermanfaat.
Salatiga Culture and Communication , atau kependekan dari Salution adalah jawabannya.
Ini merupakan tahun ketiga, atau momen ketiga penyelenggaraan salution.
Dua tahun sebelumnya selalu diadakan di dalam kampus. Tahun ini harus berbeda, ujarnya. Dia sudah memilih sebuah tempat di Tetep Wates Kelurahan Kumpulrejo Argomulyo.
Sasana Suluh Kabudayan, penanda yang dia pilih untuk bangunan besar itu. nama itu ia pilih antara lain ingin mendoakan putranya agar selalu menjadi suluh_obor penerang (jawa). Selain itu dalam bahasa Arab Suluh juga punya arti _damai, memutuskan pertentangan yang dekat makna dengan kata Islam dalam bahasa Arab.
Di sela kesibukannya mengatur acara, akhirnya kesempatan berbincang itu datang jua. Di stand pojok perpustakaan kita nyeruput kopi nyenja bersama.
Perbincangan terdalam yang sempat kita sentuh, salah satunya tentang nasib almamater tempat kami singgah untuk sama-sama berproses. tepatnya keresahan kami pada program studi, lebih khusus adik-adik kami.
Jujur, kami tidak ingin skeptis apalagi putus asa, namun media sosial dan serbuan aplikasi baru yang selalu memanjakan dan mereduksi semua hubungan antarmanusia.
Tidak harus mengambil jurusan Komunikasi seperti kami, setiap orang dapat menjadi wartawan, fotografer, desainer grafis, dan sederet profesi khas kami. Hanya ketekunan dan sedikit bakat yang menentukan hasil akhir di luar kuasa Tuhan.
Secercah harapan itu tetap menyala dengan deretan stand kecil adik2 kami.
kalian adalah calon enterpreneur yang lebih tahu tentang branding, tak kalah dalam marketing. Berani menunjukkan diri untuk berbagi kebaikan. Selalu punya keunikan diri, terus-menerus mengasah diri, konsisten dan tidak mudah menyerah.
Sayup suara adzan itu menggugah kembali spirit maju dan kepercayaan pada pilihan kami, melalui even 5 harian bersama salution.