Kunjungi Pusat Layanan Difabel Universitas Brawijaya, Fakultas Dakwah Dorong Pembentukan Layanan Disabilitas di Tingkat Universitas

Sebagai upaya mendesak untuk merespons kebutuhan layanan dan panduan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga melaksanakan studi tiru komprehensif ke Pusat Studi Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusif (PSLD-PI) Universitas Brawijaya (UB) Malang. Kunjungan ini dilaksanakan pada Kamis, 27 November 2025, dengan tujuan utama mengadopsi model kelembagaan dan praktik baik untuk segera diinstitusionalisasi di UIN Salatiga.

Rombongan UIN Salatiga yang dipimpin oleh Wakil Dekan Kemahasiswaan Fakultas Dakwah, Rovi’in, M.Ag., bersama empat dosen lainnya—termasuk Eva Palupi Pandana, M.Psi., Widayati Lestari, M.Psi., Rifqi Fairuz, M.A., dan Saipullah Hasan, M.A.—diterima dengan hangat oleh Koordinator Humas PSLD-PI UB, Lutfi Amiruddin, M.Sc. dan staf PSLD-PI.

Rovi’in, M.Ag., dalam sambutannya mengungkapkan apresiasi sekaligus kondisi internal UIN Salatiga yang saat ini menghadapi tantangan. “Kami berterima kasih atas sambutan dan penerimaan dari PSLD-PI. Saat ini UIN Salatiga belum memiliki panduan baku perihal penerimaan dan pelayanan mahasiswa penyandang disabilitas, padahal kami harus siap menerima. Fakultas Dakwah sendiri sangat merasakan kehadiran mereka, bahkan ada mahasiswa tunanetra kami yang sudah lulus karena kegigihan dan kreativitasnya,” tutur Rovi’in.

Beliau mengakui bahwa selama ini pengelola berupaya melayani sebaik-baiknya, namun ketiadaan standar pelayanan yang terstruktur di tingkat universitas menjadi penghalang utama. “Di tingkat universitas juga belum ada pusat layanan disabilitas yang terintegrasi. Oleh karena itu, hasil dari ‘ngangsu kawruh’ (menimba ilmu) ini kami harap tidak hanya bermanfaat untuk pelayanan di fakultas, tetapi juga dapat menjadi rekomendasi strategis di tingkat universitas,” tegasnya. Tujuannya jelas, agar hasil studi tiru ini dapat didorong menjadi kebijakan dan penataan yang lebih baik bagi mahasiswa disabilitas di seluruh lingkungan UIN Salatiga.

Menanggapi hal tersebut, Lutfi Amiruddin, M.Sc., Koordinator Humas PSLD-PI UB, membagikan kisah pentingnya payung kebijakan yang kuat. Ia menyebutkan, sejarah PLD UB yang didirikan pada tahun 2012 bermula dari inisiatif skripsi mahasiswa, dan kini telah berkembang pesat. Lutfi menekankan bahwa keberadaan unit disabilitas harus memiliki payung yang besar di bawah universitas, meskipun bisa diawali secara parsial di fakultas.

“Ini terkait politik anggaran. Misalnya, ketika ada kasus mahasiswa tunanetra perlu melintasi trotoar dari kos ke fakultas, intervensi dan pembangunan infrastruktur disabilitas menjadi lebih luas jika di bawah universitas,” jelas Lutfi. Ia menambahkan, infrastruktur tidak hanya berbentuk fisik, tetapi juga digital, seperti memastikan website universitas dan sistem informasi akademik mahasiswa dapat diakses oleh mahasiswa difabel.

Saat ini, PSLD-PI berada di bawah Wakil Rektor I, dalam Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB, yang memungkinkan intervensi kebijakan yang lebih luas, mulai dari kurikulum, literatur, hingga pembentukan budaya inklusi. Lutfi menyoroti bahwa institusionalisasi dan pembudayaan inklusi-disabilitas mencakup kebijakan, kurikulum, dosen, mahasiswa, unit layanan, dan infrastruktur. “Ini adalah never ending job untuk mengedukasi seluruh civitas akademika agar terbangun budaya inklusif,” pungkasnya.

Kunjungan ini memberikan gambaran konkret bagi Fakultas Dakwah UIN Salatiga mengenai tahapan yang harus dilalui, yakni pentingnya memastikan unit layanan memiliki otoritas kelembagaan yang tinggi untuk menciptakan layanan yang inklusif dan meluas di seluruh fakultas secara serentak. Ini sekaligus menjadi panggilan bagi UIN Salatiga untuk segera menata diri demi mewujudkan kampus ramah disabilitas.

By fakda

Related Post